Gelar Pengajian Isra’ Mi’raj, Ketua STT Cipasung Sampaikan Etos Kerja yang Baik
March 5, 2022Beasiswa Tahfidz STTC 2022
March 18, 2022Isra’ Mi’raj adalah salah satu momen yang selalu diperingati oleh kalangan umat Islam, begitu pula oleh Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Cipasung. Pada hari Sabtu lalu (5/3/2022), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kerohanian STTC menggelar peringatan Isra’ Mi’raj di masjid kampus dengan mengundang perwakilan mahasiswa untuk menjadi pemateri.
Dalam kesempatan tersebut, Reni Anggraeni mennyampaikan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj adalah perjalan malam Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa.
“Nabi Muhammad Saw menerima perintah Allah Swt untuk melaksanakan shalat. Tetapi, bagi kita 5 waktu juga terkadang masih terasa berat”, tegas Reni dalam materinya.
Di akhir tausiyahnya, Reni menghimbau kepada hadirin agar saling mengingatkan untuk tetap melaksanakan shalat 5 waktu. “Utamakan shalat terlebih dahulu. Jangan sampai yang adzan di masjid hanya orang yang sudah tua. Marilah kita berbuat untuk kebaikan, terutama dalam beribadah”.
Tausiyah kedua disampaikan oleh Deden Anwar. Ia menyampaikan kisah Idris – ayah dari seorang ulama terkenal Imam Syafi’i. Dalam ceritanya, Idris sedang memakan buah delima yang ambil dari sungai yang terbawa arus. Namun, ia tiba-tiba sadar bahwa buah delima tersebut bukan miliknya. Seketika itu ia langsung berhenti memakannya dan berjalan berlawanan arah aliran sungai untuk mencari tahu pemilik buah delima tersebut.
“Sampailah ia di bawah pohon delima yang lebat buahnya, persis di pinggir sungai. Dia yakin, buah yang dimakannya jatuh dari pohon ini. Idris lantas mencari tahu siapa pemilik pohon delima itu, dan bertemulah dia dengan sang pemilik, seorang lelaki setengah baya”, terang Deden.
“Saya telah memakan buah delima Anda. Apakah ini halal buat saya? Apakah Anda mengikhlaskannya?” kata Idris. Orang tua itu, terdiam sebentar, lalu menatap tajam. “Tidak bisa semudah itu. Kamu harus bekerja menjaga dan membersihkan kebun saya selama sebulan tanpa gaji,” katanya kepada Idris. Demi memelihara perutnya dari makanan yang tidak halal, Idris pun langsung menyanggupinya.
Sebulan berlalu begitu saja. Idris kemudian menemui pemilik kebun.
“Tuan, saya sudah menjaga dan membersihkan kebun Anda selama sebulan. Apakah tuan sudah menghalalkan delima yang sudah saya makan?”
“Tidak bisa. Ada satu syarat lagi. Kamu harus menikahi putri saya! Seorang gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.”
“Idris terdiam, tetapi dia harus memenuhi persyaratan itu. Idris pun dinikahkan dengan gadis yang disebutkan. Pemilik menikahkan sendiri anak gadisnya dengan disaksikan beberapa orang, tanpa perantara penghulu. Setelah akad nikah berlangsung, tuan pemilik kebun memerintahkan Idris menemui putrinya di kamarnya. Ternyata, bukan gadis buta, tulis, bisu dan lumpuh yang ditemui, namun seorang gadis cantik yang nyaris sempurna. Namanya Ruqayyah. Sang pemilik kebun tidak rela melepas Idris begitu saja. Seorang pemuda yang jujur dan menjaga diri dari makanan yang tidak halal. Ia ambil Idris sebagai menantu, yang kelak memberinya cucu bernama Syafi’i, seorang ulama besar, guru dan panutan bagi jutaan kaum muslimin di dunia.
Setelah tausiyah, acara dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh Dzesy Agesti dan ditutup dengan pembacaan shalawat burdah oleh seluruh peserta yang hadir.
Pewarta: AF
Editor: AS